Ujian Nih Yeee
Jl. Budi Utomo 11
Akademi Ilmu Komputer
Periode 1980
Akhirnya dinyatakan lulus dalam Sidang Pendadaran. istilah yang dipakai di AIK pada saat itu.
Sebetulnya sih hanya sidang komprihensip tentang Komputer & Pemrograman..
Sidang yang untuk versi manapun di dunia, seluruh dunia juga boleh dicari kalau ada,
biar sidang S3 sekalipun tidak akan seseram itu.
Bukan nyombong, tapi memang begitu adanya.
Coba, seorang calon “Sarjana Muda’ cuma level sarmud loh, kalau sekarang D3 doang,
maju dalam sidang komprihensip menghadapi 6, kadang 7 bahkan kadang sampai 8 orang
penguji.
Bukan 1 atau 2 jam, tapi sepuasnya mereka penguji.
Seingat saya, saya masuk ruang sidang saat matahari masih cukup terang.
Dinyatakan lulus sekitar jam 8 atau 9 malam.
Benar-benar dikuliti selapis demi selapis seluruh ilmu yang diajarkan selama 3 tahun.
Mana ada ujian model gini di dunia.
Ngak tahu itu model sidang dari mana, tanpa karya tulis, tanpa naskah apapun apapun.
Langsung Soal,
Langsung disuruh jawab pertanyaan tentang Pemrograman, Analisa Sistem,
Manajemen Information Sistem, Data Processing Manajemen, Data Structure, Compiler,
Operating System, pokoknya semua tentang komputer lah.
Bahkan sampai ke JCL, Job Control Language, kalau sekarang barangkali adalah
“Batch File Programming”
Mana ujiannya lisan, tanpa basa basi apapun.
Nggak pake pembukaan, atau perkenalan,
Pokoknya masuk langsung dapet soal suruh jawab saat itu juga.
Soalnya pendek-pendek atau singkat-singkat, memang hanya logika
tapi kalau pemrograman pakai bahasa, Cobol, Fortran, RPG, Basic, PL/1, dan entah apa lagi,
pokoknya semua bahasa yang pernah diajarkan di AIK,
kayaknya semua bahasa pemrograman yang ada di dunia kali ya.
Dan lagi, bayangkan CLOSED BOOK, gile bener.
Kadang langsung disuruh jawab di papan tulis, baru dikuliti baris demi baris.
Baru jawab satu pertanyaan dari penguji A sudah dicecar lagi oleh penguji yang lain.
Beberapa penguji yang saya ingat diantaranya Bpk. Moh.Sjukani, Ibu Liliana Wibisono,
Bpk. Javed Sumbung, entah siapa lagi lupa saya, Apa Bpk. Djoko Aminoto, atau Bpk. Sentanu,
wah lupa tapi ada 3 atau 4 orang lagi.
Oh iya yang ngurusin sidang saat itu almarhum Bpk. Sudiro, nggak tahulah apa pekerjaan
persisnya pokoknya kerjanya di Sekretariat, bukan Dosen.
Boro-boro ada bagian atau Biro, semua urusan dari kebersihan, konsumsi, surat-menyurat,
anter jemput Dosen, sampai nilai diurus oleh Sekretariat.
All in One.
Nah beliau Kepala Sekretariat , atau apalah, pokoknya semua urusan kita tanyanya ke
Pak Diro.
Yang kita –kita tahu beliau gelarnya B.BA.
Lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan.
Kalau tidak salah adiknya teman kerja sekantor Bpk. Djaetun HS di Departemen Keuangan.
Hebatnya apa, Pak Diro, kita manggil beliau begitu, selain ngatur-ngatur ruangan,
kertas-kertas, spidol, meja-bangku, sampai konsumsi penguji, dan tukang panggil
peserta ujian, kadang-kadang mungkin karena penasaran suka ikut nanya juga.
Hebat kan? Bahkan bisa ngomelin peserta ujian di dalam ruang ujian.
Bayangkan sidang sedang pusing, susah mau jawab apa, lagi mikir keras.
Eh tiba-tiba beliau bilang “Hee !!! Jawab jangan diam aje, masa gitu aja ngak tahu”
Kebayang ngak, panitia ujian model begitu.
Buat kita-kita mahasiswa AIK saat itu, kedekatan dengan mahasiswalah yang membuat
beliau berani begitu.
”Gemes banget gua, kalau ada pertanyaan gampang kagak bisa dijawab”,
begitu selalu komentar beliau.
Dengar-dengar ide ujian model gitu dapetnya dari Pak Djaetun, beliau pernah ujian
komprihensip saat kuliah S1 Ekonomi Perbankkan di UGM, tapi pengujinya cuma 3 orang .
Nah ini bisa sebegitu banyak, lagian cuma untuk level Sar-Mud doang.
Apa nggak modar yang ujian.
Iya betul, dulu ada level Sarjana yang kuliahnya 5 tahun dan Sarjana Muda yang 3 tahun.
Yang di dorong-dorong untuk maju ujian pendadaran sebagai “korban / kelinci percobaan”
pertama saat itu ya, saya mewakili mahasiswa sore
dan Sulia Yuslim mewakili mahasiswa pagi.
Di AIK saat itu saya mahasiswa sore, kuliahnya
Sesi 1 jam 17:00 sd 18:30, istirahat 15 menit
Dilanjutkan dengan Sesi ke 2 jam 18:45 sd 20:15
Kadang ada Sesi ke 3 jam 20:30 sd 22:00.
Belum ada istilah SKS, dsb. Pokoknya 1 Sesi 90 menit – istirahat 15 menit
Kebayang tidak kuliah sampai malam, lah sampai rumahnya jam berapa?.
Kelas Eksekutif/Kelas Karyawan sekarang ? ? ? jangan dibandingkan deh, serem
Udah kuliah sampai malam, dosennya kiler-kiler.
Lah gimana nggak kiler, 1 kelas minimal 50 sd 80 mahasiswa, bahkan ada yang namanya
kelas besar isinya 150 mahasiswa, yang lulus sering cuma bia dihitung dengan jari,
sebelah tangan kadang-kadang.
Bagus kalau jumlah jari tangan dan kaki.
Hebatnya, pengumuman lulus/idak sebuah matakuliah dipajang dijendela kelas.
Jadi semua lihat, semua tahu, semua kenal.
Balik ke ujian Sar-Mud.
Sidang selesai, langsung dinyatakan lulus atau tidak.
Setiap yang keluar dari ruang sidang langsung dikerubungi oelh teman-teman,
“Lulus Nggak?”,
“Lulus Nggak?”,
“Lulus Nggak?”,
Pertanyaan datang bertubi-tubi. Semua penasaran, semua ingin tahu.
Saya sebagi peserta pertama,
Begitu dinyatakan lulus, sebagai peserta sidang pertama, salaman dengan beliau-beliau
penguji dan keluar ruang sidang menemui teman-teman yang sudah pada penasaran
menunggu sekian lama.
Pak Diro langsung berteriak dibelakang saya, ternyata beliau ikut keluar juga.
“Lulus Die”, teriak Pak Diro.
“Hestya Lulus”, sambung beliau.
Tiba-tiba “Byuuur” seember air ditumpahkan di atas kepala oleh teman-teman,
badan dan baju basah dari kepala sampai kaki, mana airnya dingin banget,
tentu dinginlah sudah jam 9 malam, semua teriak-teriak, semua rebutan ingin salaman,
semua mengucapkan selamat.
Semua berpelukan dalam kegembiraan.
Laki perempuan campur aduk jadi satu, teman sehidup semati, teman sependeritaaan,
teman seperjuangan, teman senasib.
Itu yang kami rasakan bersama sat itu, gembira, lega, dan puas.
Baru terasa lapaaaaar.
“Makan Hes, makan”
“Lu mau minum apa Hes”
“Gua beliin . . . ya?”
“Gua cariin . . . ya?”
Semua teman berrebutan menawarkan sesuatu.
Sampai hari ini peristiwa 40 tahun yang lalu masih terbayang dengan jelas di pelupuk mata,
bahkan kadang membuat diri saya masih meneteskan air mata,
entah sedih, entah terharu.
Perasaan campur aduk yang tidak bisa didefinisikan namun hanya bisa dirasakan.
Ya ALLAH, Terima Kasih untuk semuanya
Aamiin